2
a.m dan p.m
“Selamat pagi.. !” ujar Fenichi menghampiri saat aku sedang
memasukan roti ke dalam mulutku.
“Pagi..” sahutku dengan mulut penuh dengan roti.
“Aula penuh,..” keluh Fenichi seraya meraih roti di samping kananku.
Dengan semangat, dia mengoleskan selai kacang ke atas rotinya.
“Oh, iya, Fenichi, kau pernah berkata ‘Kaito belum pernah mengatakan
bahwa dia salah satu kakak kelas yang berprestasi’ apa maksud dari kalimat
tersebut ?” ujarku setelah berhasil menelan roti yang tadi ada di mulutku.
“Bagi murid-murid yang berprestasi, mereka akan menempati group yang
telah di sediakan. Yaitu : Acceptable-Baik, Outstanding-Istimewa.
Tapi, sayang belum ada yang berhasil menempati group Outstanding-Istimewa”
jawabnya, matanya mengarah ke bingkai foto yang tergantung di dinding kanan
Aula. Bingkai itu kosong, dan berdebu. Di bawah bingkai itu terukir tulisan ‘The
Outstanding Group-Grup Istimewa’
“Bingkai itu kosong !”
“Tentu saja, aku kan sudah bilang, tak ada yang berhasil menempati
group Outstanding-Istimewa selain Kepala sekolah kita, Mantan wakil
kepala sekolah dan Mantan guru Simulasi kita” jelas Fenichi.
“Oh,.. memangnya apa keistimewaannya jika kita menjadi murid yang
berprestasi ?” tanyaku penasaran.
“Tentu saja ada keistimewaannya. Dari setiap kelompok, akan di ambil
salah satu murid yang nilainya Outstanding-Istimewa atau Acceptable-Baik.
Dan akan di gabungkan dalam satu Group. Dan ketiga orang tersebut akan menjadi
ketua kelompok” jawabnya.
‘Ctk,ctk..’ jari panjang anak laki-laki yang bernama Kaito
mengetuk-ngetuk microphone di depan aula.
“Mohon perhatiannya” ujarnya.
“Apa yang ia lakukan ?” desis Fenichi kesal.
“Tepat pada jam tujuh tiga puluh murid-murid di haruskan masuk ke
kelasnya masing-masing. Dan mengenakan seragam yang telah di sediakan sekolah.
Dengan rapih dan lengkap. Kelas Cosinus ada di sebelah utara aula, kelas Sinus
ada di sebelah selatan aula, dan kelas Tangen ada di sebelah Timur Aula. Di
depan pintu kelas pemula tertuliskan Beginner-Pemula” ujarnya, dia
mengurangi tempo perkataannya. Dan berpura-pura bijaksana.
“Tak lucu kau melakukan itu Kaito” desis Fenichi jengkel.
“Kenapa kau begitu jengkel padanya ?” tanyaku heran.
“Tentu saja, dia memang menjengkelkan” ujarnya merobek roti sekuat
tenaga.
“Baiklah, Fenichi, aku kembali ke kamarku. Sampai ketemu nanti”
ujarku pamit.
“Bye,…” sahutnya.
“Oh, tidak,..” celetukku setelah aku melihat seragam dengan rok
selutut yang di gantung di gagang pintu kamarku.
“Jangan perintahkan aku untuk menggunakan ROK” ujarku pada diriku
sendiri dengan memberikan tekanan pada kata rok.
“Uh,..uh,..” keluhku jijik melihat diriku sendiri di cermin.
Rok hitam selutut, kemeja putih, dasi merah hati, rompi hitam, dan
jass hitam itu menempel aneh di badanku. Aneh,..?!
“Jangan mengeluh, terima saja lah” ujarku pasrah.
“Hai, Dinada” sapa Fenichi saat kami berpapasan di depan halaman
aula.
“Mmff,..” desis Fenichi menertawakanku setelah dia mengamati cara
berpakaianku.
“Jangan menertawakanku” sahutku jengkel.
“Maaf,..maaf, tapi, aku yakin kau akan terbiasa” ujarnya masih
tertawa. “Sampai nanti” sahutnya pergi menuju ke kelasnya.
“Baiklah anak-anak, selamat Pagi. Saya Prof. Annazar, saya akan
memberikan simulasi TKP pada kalian dan kalian harus memecahkan teka-teki itu.
Kami tidak akan memberikan materi pada kalian, kami akan memberikan praktek
langsung pada kalian” ujar Prof. Annazar yang tiba-tiba masuk ke kelas.
Di depan kelas, terbentang layar putih yang lebar. Tiba-tiba saja
muncul TKP. Sebuah kamar yang rapih, di samping tampat tidur, berkas besi
berbuka, isi di dalamnya kosong. Sebuah jam dinding di gantung di atas berkas
besi itu. Di samping berkas itu ada sebuah sofa dan lampu. Dan juga jendela di
belakang sofa itu terbuka.
“Ini adalah TKP pencurian uang. Ini adalah kamar Nakamoto Eichin.
Dia adalah karyawan perusahaan ‘SLEA’ bagian Administrasi. Dia terkejut saat
melihat berkasnya telah terbuka sepulangnya dari kantor tepat pada jam 16:17.
Seorang saksi melihat ada seorang pria yang keluar dari jendela kamar Nakamoto
pada jam 16:12. Si pencuri berhasil membuka berkas si Korban. Padahal berkas si
Korban di kunci oleh empat angka kode. Pertanyaannya, bagaimana bisa si Pencuri
membuka kode itu dengan mudah ?” jelas Prof. Rohanda.
“Itu mudah Proffesor, coba saja semua angka” celetuk Almon. Seorang
anak laki-laki yang berdiri semangat di ujung kelas.
“Itu mustahil, empat angka kode. Berarti ada seribu peluang angka.
Mustahil bila memutar seribu angka kode dalam waktu lima menit. Jika satu detik
empat angka kode, maka dalam lima menit ada tiga ratus per empat angka kode
yang berhasil di buka. Kemungkinannya hanya tiga persen. Belum lagi si pelaku
berhasil membawa pergi uangnya. Itu semua tak cukup dalam waktu lima menit”
sangkal Tyas. Seorang anak perempuan jangkung yang duduk di sampingku.
Wajah Almon tampak kesal dan kebingungan, dia menggaruk-garuk bagian
belakang kepalanya.
“Maaf, Proffesor, bisa kau beritahu aku jam berapa Tuan Nakamoto
biasa pulang dari kantornya ?” tanya Oktria. Seorang anak perempuan yang duduk
di belakangku.
“Tuan Nakamoto pulang dari kantornya tepat pada pukul 15:30 di
setiap harinya. Dari kantornya menuju ke rumahnya ia membutuhkan waktu sekitar
empat puluh menit. Menurut orang-orang terdekat Tuan Nakamoto, dia salah satu
orang yang mudah lupa atau Pelupa” jawab Prof. Annazar.
“Jika Tuan Nakamoto pulang dari kantor tepat jam 15:30, dan empat
puluh menit perjalanan menuju ke rumah, dan dua menit perjalanan menuju ke
kamar. Lalu, dimana Tuan Nakamoto saat lima menit sebelum ia masuk ke kamarnya
?” tanya Malia merasa ada keganjilan.
“Lima menit sebelum Tuan Nakamoto masuk kekamarnya, Tuan Nakamoto
berbincang-bincang dengan seorang pria di halaman rumahnya” jawab Prof. Annazar
singkat.
Suasana hening, semua murid fokus pada teka-teki ini dan berusaha
untuk memecahkan teka-teki ini. Semua murid mengerutkan keningnya, mencari
analisis yang masuk akal.
‘Pelupa, empat puluh menit waktu yang di perlukan menuju ke rumah
dari kantor, dua menit dari halaman depan menuju ke kamar, dalam lima menit
pelaku itu bisa membuka kode’
“Proffesor, boleh aku menjawab ?” tanyaku.
“Tentu saja” jawabnya mempersilahkan.
“Tuan Nakamoto terkenal Pelupa. Dia pulang tepat pada pukul 15:30,
tepat pada jam 16:12 dia sampai di rumah, jika tak ada gangguan sama sekali.
‘SLEA’ adalah perusahaan yang besar. Tuan Nakamoto adalah karyawan bagian
Administrasi yang setiap harinya bertanggung jawab pada uang perusahaan yang di
dapatkannya dari konsumen. Jadi, Tuan Nakamoto harus membuka berangkas setiap
harinya sepulangnya dari kantor. Karena si Korban adalah orang yang pelupa,
maka si Korban menyimpan kode di benda disekitarnya,…”
“Tapi, tak ada satu pun memo yang di temukan di sekitar TKP itu !”
potong Sofar seorang anak yang duduk di samping kiri anak yang bernama Tyas.
“Tuan Nakamoto tidak menuliskan kodenya di atas memo, melainkan dia
menuliskannya di atas jam dinding yang di gantungkan di atas berangkas. Agar
Tuan Nakamoto mudah mengingat kodenya, ia menggantungkan jam dindingnya di
dekat berangkas,…”
“Tapi, jam dinding itu bertuliskan dua puluh empat angka. Dari angka
a.m dan p.m, bagaimana bisa Tuan Nakamoto mudah mengingatnya ?” potong Ramurez
yang ternyata satu kelas denganku. Gambar jam dinding itu di perbesar di layar
yang terbentang di depan kelas.
“Itu yang lebih memudahkan Tuan Nakamoto untuk mengingatnya, dia
menggaris bawahi angka jam yang menjadi angka kode berangkas itu. Kodenya 1612.
Dengan kata lain, si Pelaku adalah orang yang memang telah mengenal Tuan
Nakamoto. Si pelaku bekerjasama dengan pria yang mengajak Tuan Nakamoto
berbincang-bincang di halaman rumahnya selama lima menit. Setelah berhasil
membawa uangnya, pria yang berbincang-bincang dengan Tuan Nakamoto pamit
meninggalkannya. Dan,… BAM,… Tuan Nakamoto menemukan berangkasnya telah terbuka
dan uangnya hilang begitu saja” jelasku.
“Kau benar Nona Amriyani” ujar Prof. Annazar seraya bertepuk tangan.
Seketika kelas pun meledak oleh tepuk tangan murid-murid. Mulailah
terdengar desis-desis murid yang kagum dan iri padaku.
“Bagaimana kelasmu ?” tanya Fenichi yang datang menghampiriku di
aula saat waktu makan siang.
“Tak begitu buruk di bandingkan dengan rok ini” sahutku masih ingat
dengan rok yang ku kenakan.
“Hmf,..Hmf” desis Fenichi mulai menertawakanku.
“Berhenti menertawakanku Fenichi” sahutku jengkel.
“Maaf,..” sahutnya.
“Hei,.. siapa dia ?” tanyaku pada Fenichi setelah terkejut melihat
pria yang mengenakan jass hijau limau duduk di meja makan para pembimbing.
“Kau tak tahu siapa dia ?” ujar Fenichi berbalik bertanya.
Ku gelengkan kepalaku.
“Proffesor Darma Satya” sahut Fenichi singkat.
“Oh,.. kepala sekolah !” seruku lega.
‘Ctk,ctk..’ jari panjang Prof. Rohanda mengetuk-ngetuk microphone.
Serentak suasana di aula hening.
“Selamat Siang semua,.. sebelum kita mulai makan siang kita kali ini,
kepala sekolah kita Prof. Darma Satya akan menyampaikan pengumumannya terlebih
dahulu” ujar Prof. Rohanda.
Sesosok pria tinggi dan bertubuh besar itu berjalan ke depan aula
dan berdiri di depan microphone. Senyumnya merekah di wajahnya yang
tampak galak, walaupun dia tersenyum.
“Selamat siang murid-muridku” suaranya menggema.
“Saya minta maaf sebesar-besarnya, karena saya tak bisa membuka
penerimaan murid baru di sekolah ini, karena saat itu saya harus menyelesaikan
urusan yang sangat penting” ujarnya penuh wibawa yang mengingatkanku pada
ayahku.
“Bagi murid-murid baru, akan diadakan test murid berprestasi dalam
waktu dekat ini. Bagi murid tingkat kedua, telah di temukan grup murid yang
berprestasi. Yaitu Acceptable Group-Grup Baik, yang beranggotakan Kaito
Kudo dari Cosinus”
“Uh,..” dengus Fenichi.
“Khairul Amri dari Sinus, dan Shinichi Kid dari Tangen. Menurutku
ini adalah prestasi yang cukup baik, walaupun sebenarnya saya mengharapkan ada
murid yang bisa menempati Outstanding Group-Grup Istimewa. Semoga
murid-murid baru ini bisa menempatinya. Baiklah, kita mulai saja makan siang
kali ini”
Sekitar satu pleton pasukan masuk ke aula melalui lorong yang ada di
kanan dan di kiri aula. Masing-masing dari mereka membawa piring yang berisikan
makanan yang menggugah selera.
“Waktunya makan,..” ujar Fenichi menggenggam erat sendok dan
garpunya.
“Ah,.. makan siang yang mengenyangkan” ujar Fenichi setelah
menyantap daging ayam yang tersedia di meja.
“Wah,wah,wah... adik kecilku lahap sekali menyantap makan siangnya”
ujar Kaito yang tiba-tiba datang.
“Apa yang kau lakukan disini ?” tanya Fenichi ketus.
“Wah, ternyata kamu masih marah yah, masalah pujian ayah padaku ?”
“Diamlah” bentak Fenichi.
“Kamu sudah tahu kan bahwa aku salah satu anggota Acceptable
Group-Grup Baik ?dan aku juga ketua kelompok Cosinus ?” ujar Kaito
membanggakan diri. “Tidak perlu iri, tapi memang itu kenyataannya”
“Hai Kaito, sedang apa kau disini ?” dua orang anak laki-laki
berjalan menghampiri Kaito dengan penuh semangat.
“Oh, aku sedang berbincang-bincang dengan adikku” sahut Kaito sok
bijaksana.
“Maukah kau mengenalkannya padaku ?” tanya seorang anak laki-laki
bertampang manis.
“Fenichi, ini Sinichi Kid” ujarnya pada Fenichi.
Senyuman merekah di wajah Fenichi saat Sinichi mengulurkan tangannya
dana berkata “Sinichi”
“Fenichi” sahut Fenichi.
“Oh, yah Kaito, ada kabar, kita bertiga akan di ajak kepala sekolah
untuk mengetest murid berprestasi tahun ini minggu depan” ujar seorang anak
laki-laki yang kedua.
“Kau tahu siapa calon murid berprestasi di tahun ini ?” tanya Kaito.
“Aku tak tahu” sahutnya.
“Tak ada satu pun murid tahun ini yang bisa mengalahkan Kaito Kudo”
ujarnya sombong.
“Uh,..” dengus Fenichi.
“Uhm,..” Lionel berdehem tepat di belakang kami. Semua mata tertuju
padanya.
“Boleh aku bicara denganmu Dinada ?” tanya Lionel halus.
“Tentu saja” sahutku. Aku berjalan keluar dari kumpulan. Aku
mendengar dengusan Fenichi yang iri melihatku.
“Ada apa ?” tanyaku pada Lionel setelah berdiri jauh dari jangkauan
murid-murid yang sedang berkumpul di aula.
“Apa kau sudah tahu siapa yang akan di test untuk murid yang
berprestasi minggu depan ?” tanyanya dengan suara yang dingin.
Aku menggelengkan kepala.
“Kau, Aku dan Fenichi” jawabnya menghapus ketidaktahuanku.
“Apa kau tak salah bicara ?” tanyaku keheranan.
Dia menggelengkan kepala meyakinkan.
“Mengapa aku ?”
“Entahlah, yang pasti bersiaplah untuk test”
ujarnya seraya tersenyum sinis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar